Tantangan organisasi mahasiswa dalam upaya menciptakan pemimpin masa depan Indonesia yang berintegritas
Tantangan organisasi mahasiswa dalam upaya menciptakan pemimpin masa depan Indonesia yang berintegritas
Oleh :
Samsul
Akbar
Mahasiswa Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia
Sejarah bangsa kita telah
membuktikan bagaimana gerakan kaum muda yang didalamnya termasuk mahasiswa yang
berdiri digaris terdepan mewujudkan dan mengawal kemerdekaan Indonesia. Ada
banyak sekali catatan sejarah yang menjelaskan dengan tegas bagaimana peran pemuda
terutama mahasiswa dalam upaya pembangunan bangsa yang lebih baik.
Pada
masa pra kemerdekaan, perjuangan mahasiswa yang tercatat dalam tinta emas
sejarah pergerakan mahasiswa salah satunya adalah Perhimpunan Indonesia di
Belanda yang merupakan kumpulan beberapa mahasiswa yang terus menyuarakan
kepada masyarakat dunia akan penjajahan dan penidasan Belanda terhadap rakyat
Indonesia. PI yang pernah dipimpin oleh tokoh kemerdekaan Bung Hatta ini selalu
mencari dukungan dari negara – negara di Eropa untuk menekan Belanda agar
segera angkat kaki dari Indonesia. Didalam negeri sendiri, mahasiswa memiliki
andil besar dalam setiap perjuangan rakyat. Kritikan yang pedas kepada Belanda
melalui tulisan – tulisan di media cetak oleh beberapa tokoh termasuk Bung
Karno tak sedikit membuat Pemerintah Belanda bahkan menangkap dan mengasingkan para
pejuang kemerdekaan tersebut. Meski begitu, kemerdekaan akhirnya dicapai
meskipun dengan darah, keringat, dan air mata.
Pasca
kemerdekaan, perjuangan mahasiswa mulai bergeser dalam rangka mengawal
pemerintahan yang baru terbentuk dari tekanan – tekanan luar maupun dari dalam
untuk membubarkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada rentan waktu inilah
terbentuknya organisasi – organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI), Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan organisasi – organisasi
mahasiswa lainnya. Konstalasi politik
orde lama yang mencoba untuk menggabungkan Islam, Nasionalisme, Komunis
(Nasakom), lahirnya kembali gerakan pan Islamisme di negara – negara Islam
serta pengaruh perang dingin antara Amerika serikat dan Uni Soviet menyebabkan
pengaruh besar terhadap orientasi gerakan organisasi mahasiswa. Secara umum
organisasi mahasiswa yang berideolgi islam terlibat pertentanggan dengn
organisasi mahasiswa yang berideologi komunis. Pada tahun 1965 organisasi
mahasiswa sempat bergabung membentuk satu kesatuan yang disebut KAMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Indonesia). Sebuah perhimpunan yang didirikan untuk menyatukan
kekuatan dalam melawan pemerintahan orde lama yang sudah tidak sesuai dengan
cita – cita awal kemerdekaan. Di tahun ini juga pemerintahan orde lama akhirnya
dibubarkan dan digantikan dengan pemerintahan orde baru rezim Soeharto.
Setelah
berkuasa selama 32 tahun, rezim orde baru pada akhirnya diturunkan lagi – lagi
oleh gerakan mahasiswa dengan kekuatan masif mampu menurunkan rezim yang
dianggap otoriter dan sarat akan kolusi,korupsi, dan nepotisme. Sebuah
peristiwa besar yang kita kenal sebagai reformasi tahun 1998. Setelah
reformasi, banyak bermunculan organisasi – organisasi yang berbasis kedaerahan
disebabkan bergesernya system pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi.
Di dunia kampus muncul yang namanya
organisasi profesi (se-jurusan), organisasi berbasis olahraga, dan keagamaan
seperti Lembaga Dakwah Kampus dan lain - lain.
Tujuannya sama, yaitu merawat
capaian demokrasi yang telah diperjuangkan sebelumnya. Menciptakan transformasi
sosial serta relasi - relasi sosial yang
lebih adil. Peran menjaga stabilitas atau keseimbangan antara dominasi kekuatan
(penguasa) dan terpenuhinya hak – hak rakyat juga menjadikan organisasi
kemahasiswaan tetap memiliki posisi yang urgen ditengah masyarakat.
Kini
20 tahun setelah reformasi, apa yang dicita – citakan itu belum juga terwujud.
Yang terjadi justru semakin meratanya demoralisasi terutama pada penyelenggara
negara dari pusat sampai ke daerah tingkat desa. Otonomi daerah yang dibentuk
dengan semangat percepatan pembangunan eknomi, pada akhirnya membuka ruang yang lebih luas terjadinya
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme disebabkan kurangnya kualitas dan integritas
birokrat di daerah. Pada beberapa daerah, dinasti politik bermunculan karena
kontestasi politik yang tidak sehat. Biaya politik yang mahal dianggap menjadi
penyebabnya.
Disi lain, Kemajuan teknologi yang
ditandai dengan derasnya arus informasi menyebakan semakin cepat pula informasi
negative masuk dan dikonsumsi oleh masyarakat terutama generasi muda sebagai
lapisan masyarakat yang melek teknologi. Mahasiswa sebagai salah satu angkatan
muda yang aktif dengan berbagai macam aktifitasnya, maka barang elektronik
seperti smartphone sudah tentu menjadi kebutuhan yang wajib dimiliki. Hal
ini tentu mempengaruhi pola pikir sampai pada gaya hidup mahasiswa pada
umumnya. Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi membuat sifat praktis dan
individualis kemudian lahir dan membudaya pada generasi muda. Pada ranah
organisasi, sifat individualis pada mahasiswa membuat kurangnya ketertarikan
untuk berlembaga yang menyebabkan organisasi menjadi kader miskin secara
kuantitas terutama organisasi ekstra kampus. Diranah masyarakat, sifat
individualis bahkan mengancam hilangnya budaya gotong royong masyarakat yang
lama menjadi identitas bangsa kita sejak dulu.
Tantangan – tantangan diatas memaksa
organisasi – organisasi mahasiswa baik ekstra kampus maupun intra kampus untuk
lebih berpikir keras menciptakan suatu formula baru yang mampu menjawab
tantangan tersebut. Menjalankan Peran sebagai mahasiswa disatu sisi, dan
pengaktualisasian ideologi gerakan organisasi, serta iplementasi tri dharma perguruan tinggi di kehidupan
masyarakat menjadi penting untuk segera
dilakukan oleh seluruh organisasi maupun kader.
Banyak mahasiswa sendiri mengartikan
dirinya sebagai kelompok pelajar yang menempati tingkat paling tinggi di dalam
klasifikasi siswa. Kata siswa sendiri artinya pelajar sedangkan maha bermakna
yang ter tinggi atau yang paling tinggi. Anggapan ini tidak salah secara asal
muasal kata/bahasa. Namun, dari sisi peran akan sangat sempit maknanya jika dipahami
mahasiswa sebagai kelompok pelajar yang tugas dan tanggung jawabnya adalah
belajar menyelesaikan studi dan mendapatkan ijazah yang dapat dipakai untuk
bekerja. Mahasiswa sebagai salah satu agen
of control sosial dalam masyarakat harusnya mampu menjaga kebudayaan yang
diwariskan generasi terdahulu dari pengaruh kebiasaan luar yang tidak simetris
dengan budaya bangsa. Selain itu, posisi mahasiswa sebagai pengawas kebijkan
pemerintah agar tida memangkas hak – hak rakyat. Peran ini diharapkan mampu
disadari sehingga menjadi karakter mahasiswa. Peran ini juga yang membuat
mahasiswa diwajibkan meningkatkan kapasitas intelktual dan mentalnya sebagai pra
syarat menjadi agen perubahan.
Pada dasarnya semua organisasi mahasiswa
memiliki satu tujuan akhir yaitu membantu mewujudkan tujuan negara yang terdapat dalam alinea ke 4 pembukaan Undang –
Undang Dasar tahun 19945 yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia. Dari tiga tujuan itu, organisasi kemahasiswaan memiliki peran
langsung terkait dengan menciptakan generasi muda bangsa yang cerdas. Ideology
gerakan yang telah disusun oleh para pendiri dan pelaku organisasi terdahulu
diharapkan mampu diiplementasikan dengan baik oleh kader organisasi setelahnya.
Maka dari itu, pembinaan kader pada internal lembaga mesti diarahkan pada
terbentuknya pemahaman akan nilai – nilai keorganisasian dalam diri kader.
Aktifitas – aktifitas organisasi juga aru mampu melahirkan dan membangun
militansi dan loyalitas kader dilengkapi dengan kemampuan manajemen organisasi
yang baik agar terciptanya kepemimpinan yang transformatife dan berkelanjutan.
Pada organisasi pengkaderan, Perilaku dan pola piker kader idealnya
mengejewantahkan nilai dan identitas organisasi. Setelah itu semua berjalan
dengan baik, maka peran organisasi secara keseluruhan atau aktualisasi ideology
gerakan organisasi akan mampu memberikan sumbangsih nyata dalam realitas
masyarakat.
Ada tiga gagasan pokok yang dijadikan
dasar bagi semua perguruan tinggi di Indonesia. Gagasan mendasar ini kemudian
disebut dengan tri dharma perguruan tingi yaitu pendidikan, penelitian, dan
pemberdayaan masyarakat. Pendidikan; sudah
menjadi hal wajib bagi PT untuk menjalankan system pendidikan denga melakukan
pengajaran. Transformasi ilmu pengetahuan dari dosen dan mahasiswa akan
melahirkan interaksi yang aktif dalam menumbuhkan kreasi dan inovasi jika di
tunjang dengan metode dan lingkungan yang mendukung. Maka, fasilitas dan
ketertiban perlu dijaga untuk tetap menjamin suasan belajar mengajar yang
kondusif. Penelitian; satu hal yang
paling mebedakan antara lembaga pendidikan tinggi dengan lembaga pendidikan
dasar maupun menegah adalah adanya aktifitas penelitian pada lembaga pendidikan
tinggi. Riset yang menyentuh langsung persoalan masyarakat diharapkan mampu
melahirkan solusi kongkrit terkait penyelesaian problem tersebut secara
utuh. Adanya ketersediaan anggaran
penelitian juga akan mempercepat dan memperbanyak serta meningkatkan kualitas
penelitian dan peneliti bagi lembaga pendidikan tinggi. Pengabdian masyarakat;
tugas ini adalah bentuk pelayanan sebagai bagian dari pelayanan kepada negara.
Mahasiswa dan dosen sejatinya mengaplikasikan keilmuannya kepada masyarakat
terutama masyarakat pedesaan yang terbelakang dalam ilmu pengetahuan.
Adanya upaya internalisasi dan
eksternalisasi pola pembinaan kader yang sistematis menjadi kebutuhan
organisasi mahasiswa saat ini. Satu hal yang mungkin perlu digaris bawahi
adalah bahwa setiap zaman akan memiliki tantangan yang berbeda beda. Dan
tantangan itu mesti disikapi dengan strategi yang tepat. Pola gerakan mahasiswa
di zaman orde baru tentunya tidak sesuai lagi dengan kondisi masyarakt masa
kini yang serba terbuka dan kompetitif. Penguatan nilai – nilai organisasi
terhadap kader harusnya diikuti dengan aktualisasi nilai yang dilakukan secara
individu maupun lembaga. Organisasi harusnya berada pada barisan terdepan dalam
melihat kondisi ketidakadilan dilingkungannya sendiri. Baik di kampus, di
kampung, maupun di kota – kota. Dengan kompleksitas masalah saat ini
membutuhkan upaya kolektif dalam penyelesaian masalah. Sudah seharusnya
mahasiswa meninggalkan ego sectoral terkait bendera dan almamater maupun
daerah. Perlu adanya harmonisasi gerakan antara semua elemen organisasi kemahasiswaan
agar organisasi mahasiswa bergerak dalam lintas sectoral. Karena Sejatinya, semenjak
diikrarkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 sampai kapanpun dan dimanapun ibu
pertiwi akan terus menitipkan harapan besar kepada mahasiswa melalui organisasi
mahasiswa dalam menjaga dan merawat nilai – nilai luhur bangsa.
Komentar
Posting Komentar