ANTARA CINTA, CITRA & IDENTITAS PALSU

Oleh Bal Akbar

Dipagi hari ini, entah kenapa keinginan saya sangat kuat untuk menulis esai ataupun kutipan-kutipan tentang cinta. Walaupun sempat bingung dengan topiknya, akhirnya saya mencoba mengangkat persoalan antara Cinta dan Citra. Sederhananya, saya mau menghubungkan bagaimana relasi cinta menghadirkan citra dan begitupun sebaliknya. Kalau kawan-kawan membaca sekilas tentang tema diatas, dalam alam pikirnya kawan-kawan mungkin saya sedang jatuh cinta saat ini, atau lagi galau karena sesuatu hal. Itu benar sekali, saya sedang galau atau digalaukan, saya juga sedang jatuh cinta atau dibuat jatuh cinta olehnya. Asyik sekali….. (Kata Setia Furqan Kholid; jangan jatuh cinta tapi bangun cinta mas bro). 

 Cukup dulu curhatnya, nanti kita bahas cinta dan galau dilain kesempatan. Sekarang mari kita bedah tentang tema diatas. Yang pertama analisis kita harusnya dimulai dengan membagi dulu apa itu cinta?, dan apa itu citra?, kemudian relasi antar keduanya yang kemudian menghadirkan identitas-identitas palsu. (saya memilih pakai kata “palsu” dibandingkan kata “semu” agar maknanya lebih kasar gitudeh) . Tapi sabar dulu, palsu disini jangan dimaknai sebagai hal yang negative to’. Dalam pergulatan politik, baik skala organisasi local, daerah maupun nasional, citra harus dipakai sebisa mungkin untuk menjerat pengaruh massa. Maksud saya, di dunia politik, identitas palsu yang lebih dominan bermain daripada identitas-identitas asli personal kita. Karena, pada dasarnya, identitas yang kita maksudkan asli itupun tetap diartikan atau dilihat sebagai suatu strategi membangun citra diri sendiri. Kesimpulannya adalah tidak ada benar yang nampak sebenar-benarnya kebenaran. Semuanya hannyalah fatamorgana, hannya panggung sandiwara sekelompok elit dimana tujuannya sekali lagi adalah berebut pengaruh. Makannya saran saya, selalu lihat apa yang ada dibelakangnya bukan yang ada didepan ta. Tapi ingat, hal ini hannya kita lakukan dalam pertarungan politik, bukan diranah social dan privat kita. Walaupun begitu, karena pengaruh teknologi yang membuat arus informasi bergerak sangat cepat melebihi kecepatan berpikir kita, tidak dapat dihindari banyak dari kita sudah menggunakan ini dalam wilayah yang saya sebutkan tadi. 

Citra dalam KBBI adalah gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi maupun organisasi. Secara teoritis gambaran ataupun pandangan yang muncul dalam pikiran kita mengenai orang lain tentu saja ditentukan oleh informasi-informasi yang tertangkap oleh indra kemudian ditransver masuk kedalam otak. Selanjutnya, informasi itu diproses dan menghasilkan suatu pendapat ataupun biasa dibilang penilaian kita tentang orang lain. Dari sini dapat ditelusuri peluang kesalahan atau distorsi dalam penilaian kita. Yaitu :
1. Informasi yang masuk kurang komprehensif untuk dijadikan dasar penilaian. 
2. Sumber informasi yang tidak akurat. 
3. Gagasan yang kita kemukakan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran kita (bahasa). 
4. Pemahaman orang lain terhadap bahasa yang kita gunakan. 

Empat poin yang saya sampaikan diatas bias kita luruskan dengan memahami kaidah-kaidah berpikir benar (logika). Jadi, silahkan pelajari logika sebagai alat untuk memastikan realitas yang sebenarnya (Ini hannya sekedar saran, barangkali kawan-kawan punya metode lain). Sekarang kita coba kupas tentang definisi cinta. Perlu ditekankan disini bahwa cinta dalam arti yang sebenarnya tidak bisa kita definisikan ya. Kalaupun ada yang mampu melakukannya, hal itu hannya akan diterima sebagai pendapat individu itu sendiri. Sadar akan hal itu, disini mau saya batasi pembahasan kita pada cinta dalam tataran personal yang biasa pula diartikan sebagai efek-efek dari cinta, bukan cinta yang sebenarnya. Karena cinta yang sebenarnya sya pun masih mencarinya. 

Lalu apa itu cinta yang sebenarnya?, jawabannya mungkin kawan-kawan lebih tau sendiri. Hehehe. Sebagian orang yang lagi kasmaran, jatuh cinta (fall ini love), atau hatinya lagi berbunga-bunga karena “musim semi mungkin”, satu kata ini diartikan lekat dengan kebahagiaan, keindahan, kelembutan, kecerdasan, dan sederet sifat-sifat kebaikan lainnya. Bagi orang yang lagi patah hati, terluka, atau apapun istilahnya, Cinta dimaknai sebagai sesuatu yang jahat, misalnya kebohongan, ketidadilan, ketidakkepekaan, kebodohan, dan lain-lain. Pada dasarnya setiap orang memaknai cinta berdasarkan konteks pengalaman yang dirasakan. Hal ini karena cinta adalah persoalan subjektif yang artinya sulit untuk disepakati oleh semua orang. 

Daripada berputar pada persoalan yang biking bingung, saya ajak teman – teman yang mau mengerti apa itu cinta, silahkan praktekan sendiri, rasakan dan nikmati. Dengan begitu kita akan masuk dalam dunia yang kita sendiripun kesulitan mendefinisikannya. Relasi atau pertalian dari dua sesuatu hal yang berhubungan satu sama lain. Relasi antara cinta dan citra bisa kita kerucutkan pada relasi antara dunia privat dan dunia public. Cinta lebih cenderung ada dan terasa dalam wilayah privat, lebih-lebih citra. Jadi, jika kita kita membalikkan keadaanya, yang terjadi adalah masalah. Seperti yang saya alami saat ini, namun dengan skala yang lebih terbatas saya sebut sebagai "nkaiti". karena bingung, kita cukupkan dulu samapai disini ya.. bersambung……………

Komentar

Postingan Populer